1.
Judul
Analisis Quality of
Service dan Efisiensi Energi Protokol Zigbee Pada Jaringan
Sensor Nirkabel (Studi Kasus Sistem
Deteksi Kebakaran)
2.
Latar Belakang Masalah
Segala bentuk bangunan / gedung atau
tempat manapun tentu telah memiliki standar keamanan untuk mengatasi berbagai
macam resiko yang mengancam keselamatan dan keamanan setiap jiwa, salah satunya
resiko kebakaran. Namun, dengan kelemahan sistem dan keterbatasan alat dinilai
masih menjadi celah yang tidak dapat dihindari lagi dalam hal penanganan
kebakaran.
Bencana kebakaran telah menyumbang 15 %
dari total bencana di Indonesia. Menurut data di Kemendagri, selama tahun 2011,
ada 890 peristiwa kebakaran di Jakarta, dari total 16.500 kejadian di 498 kota
dan kabupaten se-Indonesia. Sedangkan di Medan, kebakaran terjadi sebanyak 163
kali, Surabaya 187 kejadian, Bandung 163 kali, Bekasi 127 kali, Depok 124 kali
dan Kota Tangerang 167 kali. Dihitung dari 1 Januari hingga
tanggal 24 April 2013 telah terjadi 295 kasus kebakaran di ibu kota, dengan
korban meninggal sebanyak 5 Orang, luka-luka 22 orang. Total nilai Kerugian
mencapai Rp.81.778.250.000. (sumber: jakartafire.net)
Korban jiwa serta dampak ekonomi, sosial,
dan psikologis yang luas akibat sering terjadinya kebakaran menjadikan suatu
peringatan bahwa pentingnya menjaga keamanan dan keselamatan kapan saja dan di
mana saja kita berada. Kurangnya efektifitas sistem peringatan/alarm/warning yang telah ada dan begitu minimnya tindakan antisipasi mengakibatkan
penyebaran sumber api dan meningkatkan potensi terjadinya kebakaran besar. Maka
hal tersebut telah menjadi faktor terpenting yang harus diperbaiki.
Hal
tersebut membuat kalangan mahasiswa tergugah untuk membangun suatu sistem deteksi
adanya kebakaran sebagai Tugas Akhir. Di mana temanya merupakan pengembangan
dari Tugas Akhir tahun lalu dengan judul "Rancang Bangun dan Analisis
Sistem Deteksi Dini Kebakaran Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel" yang bekerja
jika sensor asap dan sensor suhunya mendeteksi nilai tertentu melebihi ketentuan
batas aman, maka sistem akan membunyikan alarm
dan mengirimkan sinyal ke coordinator
node melalui jaringan zigbee, kemudian dari coordinator node memberikan informasi berupa notifikasi media
sosial twitter, facebook, dan SMS ke handset dengan
OS android milik pengguna (Sujaya Aga,
2013). Zigbee sendiri merupakan salah satu protokol jaringan yang membutuhkan
daya rendah dibandingkan protokol jaringan lainnya seperti WiFi ataupun bluetooth, yang dapat dimanfaatkan untuk komunikasi
data dengan kapasitas kecil. Protokol zigbee sangat cocok digunakan dalam
jaringan sensor nirkabel, karena perangkat sensor menggunakan catu daya batere
yang memiliki energi terbatas, dan zigbee mampu mengatasinya dengan
kelebihannya akan keefisienan dayanya. Namun dalam suatu sistem untuk
mendeteksi adanya bencana kebakaran seperti itu diperlukan komunikasi jaringan
secara berkala dan realtime agar
sistem tersebut dapat berfungsi maksimal. Sedangkan konsumsi energi semakin
lama akan semakin bertambah dengan berjalannya waktu, maka efisiensi energi
dapat dilakukan agar sumber daya dapat bertahan dalam waktu yang jauh lebih
lama, karena dalam komunikasi nirkabel penghematan daya merupakan sesuatu yang
sangat penting.
Di lain sisi, kinerja jaringan area
personal (WPAN) akan lebih optimal jika parameter-parameter jaringan WPAN
sesuai dengan kondisi lingkungan dan peralatan. Dalam pembuatan Tugas Akhir ini
juga akan menganalisa tentang beberapa parameter jaringan seperti throughput, packet loss dan delay untuk
meningkatkan kinerja jaringan zigbee untuk sistem deteksi kebakaran, yang nantinya
akan disimulasikan dalam beberapa metode. Oleh karena itu dipilihlah judul
Tugas Akhir “Analisis Quality of Service dan
Efisiensi Energi Protokol Zigbee pada Jaringan Sensor Nirkabel (Studi
Kasus Sistem Deteksi
Kebakaran)” sebagai pengembangan dari sistem
yang sudah ada.
3.
Studi Literatur
Berdasarkan tema tugas akhir sebelumnya,
yang menganalisis jarak jangkauan zigbee dari node koordinator ke node sensor dengan
kondisi tanpa penghalang / loss, didapatkan
jarak maksimum yaitu 80 meter. Di mana jauh lebih rendah dibandingkan data yang
tertera pada datasheet yaitu 120
meter, hal tersebut terjadi karena adanya fading
yang disebabkan oleh keadaan lingkungan di sekitar. Sedangkan apabila diberi
satu penghalang tembok setebal 15 cm maka jarak jangkau maksimum menjadi
berkurang yaitu 50 meter. Dan bila penghalang semakin tebal dan dalam jumlah
yang lebih banyak maka RSSI akan semakin melemah, dan jarak jangkau zigbee akan
semakin sempit (Sujaya Aga, 2013)
Dalam tugas akhir lainnya pun membahas kinerja jaringan
zigbee berdasarkan analisa penghematan energinya. Dalam protokol 802.15.4
(Zigbee) terdapat beberapa mode dalam proses transmisi datanya, yaitu mode beacon, mode beacon dengan inactive slot, dan mode non-beacon. Dengan adanya mode
beacon, node device dapat
mematikan sistem radionya (idle)
selama mungkin dan hanya aktif jika ada proses pengiriman paket pesan. Dari
hasil simulasi menggunakan sofware NS-2
dapat dijelaskan bahwa pada saat interval pengiriman pesan 1 detik pada
topologi 2 node dengan 1 gateway, mode beacon memiliki nilai throughput 6,51 % lebih besar dari pada
mode non-beacon dan nilai throughput pada
mode inactive slot lebih kecil 43,28 % dari pada mode non-beacon. sedangkan pada interval pengiriman pesan 10
detik nilai delay pada mode beacon 1,85 %
lebih lama dari pada mode non-beacon dan nilai delay pada inactive slot lebih
besar 90,06 % lebih lama dari pada mode non-beacon. Pada interval pengiriman
pesan 1 detik, nilai konsumsi energi pada mode beacon lebih besar 55,86 % dari
pada mode non-beacon dan nilai konsumsi energi pada mode inactive slot lebih
besar 24,57 % dari pada mode non-beacon. Pada topologi star 3, 5, 10 dan 15
node device, nilai throughput akan terus menurun, nilai delay yang akan semakin
bertambah lama, dan konsumsi energi yang akan terus meningkat sesuai dengan
bertambahnya node device. Pada mode inactive slot akan memiliki drop paket yang
banyak pada saat trafik dalam keadaan padat, sedangkan mode non-beacon memiliki
banyak paket drop pada saat trafik dalam keadaan tidak terlalu padat (Septyantono dan Arizal, 2013).
4.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a.
Bagaimana mendesain sebuah sistem deteksi
kebakaran berbasis jaringan sensor nirkabel
b.
Apa saja parameter yang mempengaruhi
penghematan energi pada jaringan zigbee
c.
Bagaimana delay dan packet loss dapat
diminimalisir agar kinerja jaringan lebih optimal
d.
Bagaimana nilai throughput pada jaringan dapat
ditingkatkan
4.
Tujuan
Tugas akhir ini bertujuan untuk mengembangkan
tugas akhir sebelumnya, yaitu meningkatkan performansi jaringan zigbee pada sistem deteksi dini kebakaran
berbasis JSN, dalam hal penghematan energi dan penelitian kinerja jaringannya.
5.
Hipotesis
a.
Sumber daya berupa batere dapat
digunakan lebih efisien dengan mengoptimalkan:
·
Jarak antar node
·
Besar data yang dikirim
·
Data rate
·
Interval pengiriman data
b.
Parameter kualitas kinerja jaringan
nirkabel seperti throughput, delay dan packet lost didapat dengan hasil optimal dengan cara mengatur:
·
Jarak antar node
·
Besar data yang dikirim
·
Data rate
·
Mode pengiriman paket
0 Responses to "Penelitian Efisiensi energi dan Kinerja Jaringan Protokol Zigbee Pada Jaringan Sensor Nirkabel"
Posting Komentar